Selasa, 25 Mei 2010

Life Style atau Gaya Hidup The Jakmania

Life Style atau Gaya Hidup The Jakmania.
Itulah kata yang saya kumandangkan ketika disuruh orasi dalam rangka pemilihan Ketua Umum the Jakmania periode 2001-2003. saya pingin atribut dan merchandise Persija dan the Jakmania jadi pilihan masyarakat Jakarta untuk dipakai berpergian kemanapun, acara apapun, dan kegiatan yang kaya gimanapun.
Saya pingin atribut oren sering dipakai semua orang ketika dia lari pagi, mau pergi berenang, jalan-jalan ke mall, berkunjung ke rumah pacar, kerja, sekolah, kuliah, dll. Atribut itukan bisa kaos, topi, pin, jaket, baju, gelang, sepatu, sendal, stiker, kupluk, jas ujan, dan masih banyak lagi.
Setelah saya terpilih, saya langsung mencoba untuk mewujudinnya kata-kata saya itu dengan rajin bikin kaos-kaos Persija dan the Jakmania.
Waktu itu memang belum banyak yang bikin, paling-paling pedagang kaki lima yang asalnya justru dari Jawa Barat.

Dan saat ketika saya pergi ke Bekasi kemaren tanggal 19 mei 2009, saya liat fenomena itu bener-bener sudah terwujud, bahkan lebih Banyak sekali saya liat sekelompok bocah-bocah kecil (usia 15 tahun kebawah) jalan kaki dengan menggunakan seragam oren bertuliskan Persija atau the Jakmania.
Komeng, Korwil Bekasi juga bilang ke saya, kalau di Bekasi budayanya memang seperti itu.
Dan Saya benar-benar liat dengan mata kepala sendiri kalau kelompok-kelompok bocah kecil itu nggak cuma sekali, tapi banyak kelompok dan tersebar hampir diseluruh kota dan kabupaten Bekasi.
ini sangat Luar biasa sekali. Padahal Bekasi itu Jawa Barat, tetapi warganya sangat mendukung Persija Jakarta.

Sejak itu saya bangga dengan fenomena ini.
Ketika Komeng cerita kalau kelompok bocah itu juga tidak jarang berbenturan dengan kelompok yang merupakan pendukung dari klub lain, saya jadi kaget dan berpikir...!!!
sebetulnya mereka pakai kaos itu untuk jalan-jalan keliling beramai-ramai,apa untuk tujuan lain? Bangga sebagai pendukung Persija,
atau karena ingin perang dengan kelompok lain?

Pikiran saya jadi melayang ke Senayan.
Setiap pertandingan Persija, banyak sekali rombongan yang nggak msuk ke dalem. Mereka cuma nongkrong2 di depan. Entah nunggu jebolan, atau emang ga niat nonton. Ga sedikit di antara mereka yg maen kartu (entah judi atau enggak), ada yg cuma nyanyi2 di atas bis, ada yg jalan2 keliling nyari kaos, ada yg pacaran, ada yg nyari jodoh, ah pokoknya macem2 lah. Kalo dipikir ngapain mereka jauh2 dateng kalo cuman gitu doang? Banyak diantara mereka yg dateng jauh2 dari kediamannya, dan ga sedikit yg dateng dengan melewati wilayah2 konflik sehingga harus turun dulu dari bis tuk tawuran. TAWURAN... ya kata itu yg jadi momok di setiap pertandingan Persija. Entah itu perkelahian dengan musuh, lawan masyarakat setempat, atau bahkan sesama orang oren. Kalo begini, gw jadi bertanya....SEBETULNYA GAYA HIDUP APA YG SEKARANG MELANDA KITA? Gaya Hidup dengan atribut oren yg gw sebut di atas, atau gaya hidup tawuran?????

Sedikit banyak ada rasa bersalah dalam diri gw. Kenapa ya dulu gw kumandangkan kata PERSIJA SAMPE MATI. Padahal sejarah kata2 itu keluar ketika gw diwawancara oleh salah satu media cetak, dan juga sempat direkam oleh Andi Bachtiar Yusuf yang kemudian dijadikan salah satu bagian dari film pertamanya yg berjudul THE JAK. Gw ditanya ... sampe kapan sih dukung Persija? Ya gw jawab... sampe mati. Kata2 ini yg jadi judul artikel di majalah MTV Trax yang wawancara gw. Majalahnya sendiri juga masih gw simpen ampe sekarang.

Tapi sayang, gw liat kata2 itu salah diartikan oleh mayoritas Persija Lovers sekarang. Mereka mengartikan dengan rela berkorban nyawa dengan bertempur lawan siapapun yg menghadang. Mereka sepertinya bangga kalo dateng ke Senayan dengan bertempur dulu. Mereka makin bangga kalo ada korban yg jatuh di kedua belah pihak. Mereka bangga dan cerita terus di Senayan hingga lupa masuk ke dalam stadion. Mereka lebih bangga pada diri mereka yg begitu militan daripada bangga melihat Persija bertanding. Ah, miris gw......

Wahai the Jakers sebangsa dan setanah air..... Urusan nyawa adalah tanggung jawab kita pada ALLAH. Kita semua dikasi jasad yg begitu sempurna. Kita dllengkapi dengan anggota tubuh yg memudahkan kita tuk menjalani hidup ini. Lalu apa tanggung jawab kita ketika nyawa meninggalkan jasadnya? Apa kita cuma akan bilang... ya ALLAH... aku kembali padamu karena aku berperang melawan manusia ciptaanmu juga. Banyak rekan yg mendahului kita. Tapi apa kita tau? Apa sebenarnya yg diinginkan mereka yg sudah mati? Balas dendam? Hutang nyawa bayar nyawa? Kita tidak akan pernah tau!!! Tapi kita juga jangan SOK TAU!!!

Sekarang tergantung pada kita semua. Bagaimana kita menghormati pengorbanan rekan2 kita. Bagaimana kita menghargai dan menarik hikmah dari pengalamannya. Bagaimana kita menempatkan kematian mereka sebagai sumber inspirasi kita untuk memperbaiki cara2 kita dalam memberikan dukungan pada PERSIJA. Ingat!!! BERANI BUKAN BERARTI MENANTANG!


(Tulisan ini saya buat sebagai rasa hormat saya yg sebesarnya pada Ucok the Jak CIkarang, Fathul Mulyadi the Jak Ragunan dan masih banyak lagi sodare-sodare yang sudah mendahului kite)


sumber :
Bung Ferry &
JAKMANIA CONDET_CILILITAN (J.C.C)

Tidak ada komentar: