Kamis, 01 April 2010

Subjek Dan Predikat Didalam Bahasa Indonesia

Subjek Dan Predikat Didalam Bahasa Indonesia

Proses globalisasi merupakan fenomena yang paling menyita perhatian dan menimbulkan efek yang besar dalam kurun waktu terakhir ini. Memasuki millenium ketiga, masyarakat di berbagai belahan dunia dihadapkan pada satu persoalan yang seragam yang memiliki keterkaitan besar dengan struktur ekonomi, struktur kekuasaan, dan struktur kebudayaan. Proses perubahan yang mengerucut kepada globalisasi inilah yang disebut Alvin Toffler sebagai gelombang ketiga, pasca agrikultur (gelombang pertama) dan industrialialisasi (gelombang kedua). Perubahan ini mengakibatkan pergeseran fokus ekonomi dan kekuasaan yang pengaruhnya didominasi oleh tanah, kemudian bergeser kepada kapital, dan selanjutnya mengarah kepada penguasaan terhadap informasi dan komunikasi.

Kecemasan memandang performa proses globalisasi sebagai produk gelombang ketiga menciptakan ketakutan sehingga mempengaruhi pola pikir dan wacana publik secara holistik. Kecemasan dan ketakutan ini menjadi latar belakang langkah-langkah antisipatif yang dilakukan masyarakat dan decision maker, mereka cenderung bersifat defensif dengan membangun benteng-benteng pertahanan guna membendung arus proses globalisasi yang mengalir bagai air bah, sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dank komunikasi.

Di masa pemerintahan Soeharto, negara ataupun kalangan intelektual lebih dulu menempatkan diri sebagai objek dan menjustifikasi globalisasi sebagai arus budaya asing yang menenggelamkan budaya dan tradisi Indonesia. Pemerintah menyibukkan diri dengan melancarkan seruan-seruan defensif seperti penempatan kebudayaan Indonesia sebagai filter masuknya kebudayaan asing, hingga upaya memperkenalkan kebudayaan Indonesia ke luar negeri. Namun, sayang usaha yang terakhir tersebut lebih nampak sebagai promosi wisata daripada promosi keadiluhungan budaya. Hal ini berangkat dari pemahaman parsial terhadap budaya Indonesia, masyarakat maupun pemerintah terjebak dalam pemahaman kulit bukan pemahaman esensi budaya itu sendiri. Pemahaman seni tradisi berhenti pada tataran pertunjukkan (show), dan cenderung mengabaikan pesan dan simbol di balik idiomatikal yang melekat di dalamnya.

Taruhlah seni tari tradisional seperti Jaipong (Sunda), Kecak (Bali), atau Remo (Jawa Timur). Pemahamannya berhenti pada tataran pertunjukkan semata, sedangkan pesan moral, pendidikan, serta ke-khas-an etnikalnya cenderung diabaikan. Sehingga, ketika muncul trend seni pertunjukkan yang lebih menarik perhatian (termasuk yang berasal dari budaya luar), nafas kehidupan seni tari tradisional ini mengalami degradasi dari generasi ke generasi.

PENGERTIAN/KONSEP

Sering kita menggunakan kata..”Saya ngerti…” kita mengerti tentang sesuatu atau “ Konsep saya tentang hal itu adalah…”. Inilah dasar dari bentuk pemikiran manusia. Tahapan manusia yang paling awal adalah mengerti tentang sesuatu yang berarti memiliki konsep tentang sesuatu. Inilah yang akan dibahas dalam bagian ini.

Pengertian sebagai bentuk dari aktifitas pikiran terbentuk bersamaan dengan aktifitas indra. Tepat atau tidaknya pengertian tergantung dari tepatnya pengamatan. Sebagai contoh, kita melihat ada botol berwarna putih bening. Pada awalnya tentu kita belum punya pengertian apa – apa tentang hal tersebut kecuali sebuah botol putih bening. Untuk mengetahui benda itu lebih spesifik maka akan dilakuakn pengamatan lebih seksama misalnya dengan memegang botol tersebut, membacanya kalau-kalau akan ada petunjuk apa sebenarnya benda itu. Jika ternyata petunjuk tidak ada maka pengamatan terus dilanjutkan. Botol dibuka lalu dibaui, apa itu. Jika ternyata dengan cara dibaui juga belum terbentuk pengertiaan apa pun itu, dan kita tidak merasa bahaya maka akan coba untuk dicicipi. Ternyata … manis … manisnya pun kita kenal karena kita sudah pernah punya pengalaman dengan rasa seperti itu … oh ternyata air gula.

Dari contoh tersebut tampak bagaimana sebuah pengertian terbentuk yaitu bersamaan dengan aktifitas indra terjadilah aktifitas pikiran yaitu terbentuknya pengertian tentang ini atau itu. Sekali indera mengobservasi, terbentuklah pengertian yang bagi pikiran merupakan data dalam proses berpikir lebih lanjut. Karena berasal dari pengalaman maka pengertian itu disebut sebagai data empirik. Juga disebut sebagai data psikologik karena terbentuk melalui proses psikologik yaitu pengalaman indera.

Pengertian adalah sesuatu yang abstrak. Contoh di atas air gula adalah sesuatu yang abstrak. Pihak lain tidak akan mengetahui apapun jika tidak diucapkan atau diverbalkan. Untuk menunjukkan sebuah pengertian dapat digunakan lambang yaitu bahasa. Di dalam bahasa pengertian dilambangkan berupa kata . Kata sebagai fungsi pengertian disebut dengan term.

Adapun 4 pola hubungan S+P:


1. Semua subjek adalah bukan semua Predikat
Contoh kalimat:
a. Semua komputer adalah bukan semua laptop
b. Semua manusia adalah bukan semua laki-laki
c. Semua binatang adalah bukan semua harimau

2. A. Semua subjek adalah predikat
Contoh kalimat:
a. Semua ayah adalah kepala rumah tangga
b. Semua ibu adalah wanita
c. Semua manusia adalah ciptaan Tuhan

B. Sebagian subjek adalah predikat
a. Sebagian wanita adalah memakai kerudung
b. Sebagian dosen Universitas Gunadarma adalah laki-laki
c. Sebagian dokter kandungan adalah laki-laki

3. Tidak adapun subjek adalah predikat
a. Tidak ada satupun wanita adalah berkumis
b. Tidak satupun manusia adalah hewan
c. Tidak ada satupun manusia adalah bisa hidup sendiri

4. A. Sebagian subjek adalah sebagian predikat
a. Sebagian manusia adalah sebagian wanita
b. Sebagian hewan adalah sebagian hidup di air
c. Sebagian wanita adalah sebagian berkerudung

Tidak ada komentar: